Senin, 26 Februari 2018

Keinginan Jatuh Cinta



 
Engkau terperangkap di bola mataku mula-mula
Setiap kata yang kautulis di mataku berubah bunga-bunga
Dan selalu ada rindu berbentuk awan saat pandangku jauh menerawang
Meluncur namamu, doaku ingin merangkak juang

Namun, semesta tak selalu meramu restu
Gerimis yang mengendap di hatiku, seketika penuh
dan menggerimis kemudian di kedua mataku
Kamu hanya tinggal kenang dan jadilah aku bagian yang tak utuh

Cerita yang Tak Usai


Sampai hari ini, ada pertanyaan yang hiruk-pikuk di kepalaku. Tak ada yang bisa memberi jawaban terhadap pertanyaan itu selain kamu. Namun, sejak hari itu, sejak hari aku merasa kita sudah begitu dekat, ternyata saat itu dan hari berikutnya kita benar-benar menjadi orang asing yang tak pernah saling kenal sebelumnya.

Hari itu, di hari ulang tahunmu, aku memberi sebuah kejutan. Sebuah ucapan sederhana yang kaubalas dengan sebuah senyuman dan pelukan terimakasih. Tentu aku bahagia sebab merasa inilah masa yang kutunggu sejak awal mengenalmu. Namun, kamu, adalah perempuan yang tak bisa ditebak, sebentar terlalu kaku dan dingin, tak lama kamu begitu hangat. Segala tingkahmu adalah misteri yang rahasia hingga pada hari-hari setelah aku memberimu kejutan, dirimu membuatku mengaminkan semua kesimpulanku itu.

Berulang


Senja beringsut malam, ia tertunduk seorang diri
Sekelebat kenangan mula-mula menghampiri
Memaksa masuk menelusuri peti-peti memori yang dulu ia pasung rapi
Lalu, di kedua matanya yang kosong itu, seorang perempuan tengah duduk mengamati

Dahinya mengernyit, di lidahnya kata-kata telah menjelma es batu
Di dalam jantungnya, ia menggerutu
"mengapa kini bahkan saat rindu itu datang,
Aku seperti kaset rusak yang harus diperbaiki atau mungkin dibuang?"

Meraih Makna Cinta


doc. pribadi
“(Mungkin) jatuh cinta itu sederhana. Sesederhana ketika kita menginginkan pelangi, namun untuk melihatnya saja, kita harus melewati hujan dan panas yang silih berganti.”
Hari ini, adalah September di tahun kedua. Di antara kabut asap yang sempat menyelimuti, aku terus saja merajut kesibukan dan menyerahkan diri pada kesepian. Bukan menyepikan diri, hanya saja aku benar-benar merasa belum menemukan diriku yang utuh. Kesibukan pun, sengaja kupadatkan agar hatiku tak selalu bertanya, “Bagaimana rasanya jatuh cinta?”

Aku mendengar dari teman-teman sejak pendidikan dasar, perguruan tinggi hingga kini bekerja, jatuh cinta hanya indah awalnya, nelangsa akhirnya. Jatuh cinta bisa berkali-kali dan patah hati pun lebih dahsyat dari itu. Aku sempat membayangkan, jika hati itu adalah ban. Bagaimana bisa ban yang itu dibocorkan berkali-kali lalu ditambal-tambal lagi? Seperti apa bentuk ban itu?

Perempuan yang disibukkan oleh cinta—menurutku, selalu ingin berada didekat orang yang ‘katanya’ ia cintai. Tetapi, yang membuatku bingung adalah, perempuan ini selalu minta untuk dihampiri. Maksudku, mereka jarang sekali bicara lebih dulu sebelum lelaki bicara. Mereka takkan mengungkapkan rindu secara langsung melainkan dengan sindiran saja. Mereka menjadi lebih aneh, lebih aneh daripada saat mereka belum disibukkan cinta. Bukankah cinta itu, ‘katanya’ saling memberi dan menerima? Kenapa ini maunya menerima saja?