Selasa, 11 Desember 2012

Lomba Menulis Surat untuk FAM INDONESIA (Part II)


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr wb.,
Teruntuk, FAM Indonesia (Surat kedua)

FAM, bagaimana kabarmu malam ini? Masih sudikah membaca gerak jemariku? Sahabat FAM, apa kabar? Semoga kita adalah orang-orang yang tetap terpelihara dalam hidayah Allah, serta selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin.

Aku masih ingat, saat pertama kali mengenalmu. Aku masih ingat, betapa aku butuh keluarga baru untuk menguatkan niatku dalam menulis. Jemariku mulai nakal mencari-cari sebuah rumah baru. Bukan kebetulan, aku menemukanmu. Mencoba mendekatimu, mencoba mengetahui lebih banyak tentangmu.

Aku merasa, kau adalah sebuah hadiah yang memang Allah berikan untukku. Aku punya sebuah rahasia, maukah kau mendengarnya? Kau adalah hadiah dari Allah, mengapa? Karena, setelah berhijab, kau hadir tanpa kebetulan, setelah berhijab, semangatku semakin berkobar. Dulu, aku tidak seperti sekarang ini. Tapi, apa peduli dengan masalalu kelam itu? Aku katakan sekali lagi, kau hadiah terindah yang Allah beri untukku sebagai hadiah dari keinginan kuatku untuk tetap ingin mendekati-Nya.

Lomba Menulis Surat Untuk FAM INDONESIA (Part I)


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr wb.,
Teruntuk, FAM Indonesia

FAMku yang selalu hangat, apa kabar? Semoga setiap kita selalu dalam lindungan Allah SWT.. FAM, kau semakin manis sejak awal aku mengenalmu. Kau membangkitkan semangat penaku untuk menari di atas imajinasi. Kau, adalah salah satu tangan Tuhan yang membantuku untuk menulis.
 
Dengan napas rindu, aku mencoba memaksa diri untuk tetap menulis surat kepadamu malam ini. Sudah tiga hari, aku merasa ada yang tidak beres dengan kesehatanku. Tubuhku panas, kadang menggigil. Aku berjuang dengan tertatih, memacu kakiku untuk tetap mencari ilmu di perkuliahan. Sesambil pulang, aku mencoba membaca alam. Semua tertulis disini, karena aku begitu rindu. 

FAM, aku pernah melakukan hal-hal aneh hanya untuk menangkap ide atas siasatmu. Membaca alam membuatku selalu memegang pulpen dan sebuah buku ketika pulang kuliah. Setiap ide itu lewat,