September tak lagi indah bagiku. Ingatan
memudar, hatiku membelukar. Semua hilang termasuk wujudku. Lenyap, termasuk
jarakku dan engkau. Engkau. Ya, engkau yang membuatku menjadi seperti sekarang;
merangkak tiada tujuan, meraba tiada pegangan.
Wajahku kian pasi dengan warna
bibir tak berdarah. Jasadku terguncang di antara sobekan kecil kertas putih
yang berubah abu: ternodai rintik hitam dosa-dosa. Kakiku, tanganku,
sendi-sendiku pun terasa kaku tak berdaya. Aku mematung di antara dua dinding atas-bawah,
dua dinding di kiri-kanan yang gulita.