Selasa, 31 Juli 2012

Duri Cinta


Cerpen Oleh : DP Anggi | FAM790M Pekanbaru


Duri Cinta

Apa benar aku bisa terus bertahan? Menjalani hari-hari seperti menelan duri, menghabiskan waktu seperti mereguk empedu. Aku tertegun, tatapanku kosong, tertunduk lesu dengan pikiran yang menerawang. Apa aku menyesal dengan semua keputusanku yang dulu aku pertahankan? Atau, apakah ini karma atas perlawananku terhadap keluarga yang tidak merestui hubunganku dengannya?
Aku berjalan menyusuri gang rumah, tatapanku dingin dengan langkah tertatih. Aku baru saja pulang dari rumah majikan ku. Dari jauh, anakku Putri menyambut ku. Ia berteriak dengan suara lucu khas anak berumur 7 tahun. Ibu! Ibu pulang! Ibu bawa apa? Namun aku hanya memberi putri kecilku senyum tercekat. Dia paham betul ketika aku tersenyum seperti itu kepadanya. Dia diam dan memegang jemari ku sambil berjalan ke pintu rumah.
Sampai di rumah, lagi-lagi tak ku jumpai suamiku. Barangkali, seperti biasa dia pulang sekitar pukul 02.00 pagi dan pulang dengan mata merah serta bau alkohol. Terkadang dia hanya singgah sebentar bersama temannya, mandi dan pergi lagi tanpa menyapaku dan anakku. “Ya Allah, sabarkan aku”, ucapku dalam hati.
“Ibu, besok Putri ujian, jangan lupa uang sekolah Putri ya bu”, kata putri polos.