Cerpen Oleh : DP Anggi | FAM790M Pekanbaru | 16 Juli 2012
Aku dan Air Mata Bapak
Aku dan Air Mata Bapak
“Pak, minta duit, duit bulanan Jack sudah habis pak”, kataku.
“Mengapa uang kamu cepat habis, bukannya ini masih 2 minggu ya, seharusnya kan itu untuk satu bulan?”, kata bapak dengan sedikit tegas.
“Pak, aku ini mahasiswa yang banyak sekali kebutuhannya!”, kataku dengan nada sedikit meninggi dan berlalu pergi meninggalkan bapak. Aku kesal sekali siang itu, aku putuskan untuk ke Rumah Tio.
“Jaka? Tumben main kesini”, kata Tio sambil mempersilahkan ku masuk. Namun aku diam saja dan bertambah kesal mendengar panggilannya itu. Aku dan Tio kenal ketika sama-sama mengantri daftar ulang setelah dinyatakan lulus masuk ke Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Tio adalah anak orang kaya. Tiap hari dia menggunakan mobil ke kampus sedangkan aku hanya berjalan kaki.
“Bisa ngga sih jangan panggil aku Jaka, panggil aku Jack! Aku ngga suka nama kampungan itu!”, “Jaka. Tidak ada nama yang lebih keren ya? Zaman gini nama Jaka, aduh... jadi nya kan orang-orang memanggil namaku akan sambil tersenyum, pasti teringat film laga yang ada buaya-buayanya, ya ‘Jaka Tingkir dan 7 Bidadari’. Arrgghhttt...!”, sambungku dalam hati. Aku berniat menghilangkan kesal dan suntukku di Rumah Tio. Setelah Sore menjelang aku pun pulang.