Cermin Muda telah Hinakan Bumi Tua
Cermin, bicaralah padaku. Aku ingin berbicara empat
mata denganmu. Aku ingin menanyakan beberapa hal karena tak ada lagi tempatku
bertanya. Bertanya pada rumput yang bergoyang hanya membuat aku bersedih karena
dia enggan menjawab jika angin tak bersamanya. Cermin, mengapa kini kau
berubah? Apa yang salah pada dirimu? Kau bukan lagi orang yang aku kenal. Kau
berubah jauh dari apa yang semula kita ikrarkan.
Apa yang membuatmu tak seindah dulu? Apa kau
terlalu banyak mengenal seisi dunia hingga kau terombang ambing dalam
ketidakpastian hingga jati dirimu terkoyak? Kau sudah tidak berkilau seperti
berlian yang disinari terik mentari. Kau sudah tak semerbak mewangi seperti
kebun Bunga Tanjung yang merantai indah dijalin benang.
Ya, aku tahu. Kita memang berbeda. Aku nyata.
Sementara kau hanya Bayangan ku yang semu. Kau kah aku? Aku ini kau? Bukan!
Kita tak sama. Aku sudah tak mengenal kau lagi. Aku heran kepadamu, semakin
tinggi jenjang pendidikanmu semakin 'Alay' tingkah dan lisanmu.
Kau itu cermin muda, yang digunakan generasi setiap
hari. Tapi, kau semakin hari semakin melunjak. Ada yang aneh yang merasuk
kedalam dirimu. Globalisasi kah? Atau Liberalisme tanpa batas? Bukan bertambah
cerdas kau disekolahkan. Bukan bertambah bagus pergaulanmu setelah bertemu
banyak teman. Namun kau berada jauh dari tegak lurus sumbu x dan sumbu y, kau
menyimpang.