Emak, Keringatmu Telah Terbayar
Oleh DP Anggi FAM790M Pku
Cerpen ini pernah diikutsertakan di dalam event "Pijar Heroik" dan dibukukan sebagai kisah nyata inspiratif bertema "Abadikan kasih sayang Bunda"
Selamat Membaca ^_^
Angin menghembuskan nafas segarnya di pagi buta.
Embun perlahan menjelma menjadi butiran air di dedaunan, menjadikan udara
semakin lembab. Langit masih begitu pekat dengan bulan temaram. Emak telah
terjaga dari tidurnya sebelum adzan subuh berkumandang sayup. Di sanalah, rumah
di mana kami sekeluarga menjalani hidup yang keras. Kami hidup di antara
kolam-kolam ikan milik saudagar di wilayah tersebut.
Hidup semakin keras saja setelah ayah
meninggal dunia. Padahal ketika itu kami masih berumur 4 sampai 14 tahun. Emak
banting tulang dengan berjualan di samping kantor BSPPM Bangkinang. Emak menjual
lontong, nasi goreng, mie goreng, dan lain sebagainya. Setiap hari emak
menempuh perjalanan lebih kurang 4 Km dari gubuk tua kami. Tiada rumah, tempat
kami bernaung lebih tepat disebut sebagai gubuk tua. Rumah kami terbuat dari
kayu yang beatapkan seng berkarat. Gubuk itu berada di atas sebuah kolam ikan
milik tetangga kami.
Emak adalah wanita terhebat yang pernah
ku miliki. Emak selalu bangun pagi-pagi sekali untuk memasak dan menyiapkan masakan
yang akan ia jual mulai dari pukul 07.00 pagi sampai pukul 17.00 sore. Lalu,