: Puisi untuk Mayang Sri
Kincir-kincir menanti ditiup angin untuk berputar
Burung-burung menanti lalang kering untuk dirumahkan
Penantian Adinda, belahan jiwa itu takkan tertukar
Ia berharap pada waktunya nanti dipertemukan
Ah, awan saja menanti dirinya menghitam untuk dapat menurunkan hujan
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita sudah menempah diri menjadi shalihah?
Agar kita kelak menjadi pendamping dambaan
Lihatlah, bintang-bintang itu adinda
Kita tak pernah tahu isi hatinya
Hanya saja, jika mereka berdekatan
Maka mereka akan berbenturan
Dahsyat, adinda…
Mereka menahan hatinya
Bagaimana dengan kita?
Apakah mata hati sudah ditundukkan begitu juga jiwa?
Ataukah, inginmu seperti ombak yang menghempas karang?
Membiarkan dirinya semakin terkikis
Dengan hari-hari yang hampir habis
Karena cinta yang ia biarkan tumbuh sembarang
Jangan, adinda
Ada kalanya
Meski kita tak meminta, atau pun yang kita pinta tak datang jua
Saat kita tak dapat menghindar, karena memang sudah takdir-Nya
Adinda, belahan jiwa menanti kita
Jika ia datang sekarang, ada tanya
Pantaskah kita?
Cukupkah hanya dengan butiran cinta?
Ada hati yang nantinya akan disatukan
Termasuk engkau dan dia, dalam ikatan
Tak hanya sekadar bisikanmu pada bayang
; mencari belahan jiwa yang hilang
Pondokan Ikhlas, Panam 09Desember 2013
Salam hangat dan semangatdari DP Anggi
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar