Selasa, 11 Desember 2012

Lomba Menulis Surat Untuk FAM INDONESIA (Part I)


Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum wr wb.,
Teruntuk, FAM Indonesia

FAMku yang selalu hangat, apa kabar? Semoga setiap kita selalu dalam lindungan Allah SWT.. FAM, kau semakin manis sejak awal aku mengenalmu. Kau membangkitkan semangat penaku untuk menari di atas imajinasi. Kau, adalah salah satu tangan Tuhan yang membantuku untuk menulis.
 
Dengan napas rindu, aku mencoba memaksa diri untuk tetap menulis surat kepadamu malam ini. Sudah tiga hari, aku merasa ada yang tidak beres dengan kesehatanku. Tubuhku panas, kadang menggigil. Aku berjuang dengan tertatih, memacu kakiku untuk tetap mencari ilmu di perkuliahan. Sesambil pulang, aku mencoba membaca alam. Semua tertulis disini, karena aku begitu rindu. 

FAM, aku pernah melakukan hal-hal aneh hanya untuk menangkap ide atas siasatmu. Membaca alam membuatku selalu memegang pulpen dan sebuah buku ketika pulang kuliah. Setiap ide itu lewat,
aku menangkapnya, menuliskannya dengan cepat. Lima belas menit sampai di rumah, aku membaca lagi ide-ide yang kutulis tadi. Tulisan yang acak-acakan karena ingin cepat dan sambil berjalan membuatku sedikit sulit membaca ulang tulisanku sendiri. Hehehe (Ini senyum untukmu, FAM)

Tidak seperti biasanya aku ingin menulis surat di antara tugas-tugas dosen yang sama sekali belum kusentuh. Aku sering melewatkan undanganmu untuk menulis dengan alasan sibuk. Aku pikir, semua orang punya kesibukan. Tapi, mereka masih menyempatkan diri untuk mengunjungimu dan mengikuti undanganmu. Aku harus lebih banyak belajar lagi, agar aku dewasa bersamamu, FAM. 

Tenang saja. Kau tidak usah bersedih, FAM. ID FAM790M Pekanbaru akan memenuhi undanganmu kali ini dengan surat “Jika Aku Penulis Terkenal, Maka Aku Akan….”. Kau tahu? Aku menulis karena ingin berbagi apa yang aku ketahui, aku menulis agar nanti aku dikenang, aku menulis untuk membuat ibuku tersenyum di kampung halaman, aku menulis agar ayah dan abangku tersenyum pula di ‘sana’.

Pertama kali. Melalui semangatmu, aku berhasil memborong dua piala sekaligus, Pemenang I cerpen dan pemenang III puisi pada sebuah event yang sama. Aku langsung memberitahunya kepada ibu, kakakku berkata, “Terimakasih, dik. Tetap jadi adik kakak yang manis dan berprestasi. Beri ibu kebanggaan. Bayangkan saja, untuk kuliahmu ibu memasak hingga larut malam untuk berdagang pada esok harinya. Tetap jadi anak yang baik, ya? Selesaikan kuliah dengan baik, biar kita semua bisa sama-sama lagi.” 

Airmataku benar-benar tak terbendung. Titik hangat itu, membuncah hingga mataku memerah. Kau tahu, FAM? Jika aku penulis terkenal, maka aku tidak akan membiarkan ibu berdagang dan memasak hingga larut malam lagi. Aku tidak akan meminta uang kost, uang bulanan, dan uang lain-lain yang terkadang kuperlukan. Aku akan membuat ibuku bahagia. Aku akan membuatnya bangga memiliki anak bungsu sepertiku. 

FAM, jika aku penulis terkenal, maka aku akan tetap menularkan virus cinta menulis seperti yang aku lakukan sejak mengenalmu. Dengan ‘dakwah bil qolam’ aku ingin selalu menulis, dengan menebar kebaikan.  Jangan pernah memandangku angkuh, ya? Aku akan selalu menanti sapa lembut dan manis darimu.

Aku tak mampu lagi berkata-kata. Rinduku, rindumu, rindu ibu. Denganmu, aku titipkan surat ini kepada sahabat-sahabat dan keluarga besar FAM INDONESIA. Semoga, manismu bertambah. 

#Lantai dua, pondokan ikhlas-Pekanbaru, 08 Desember 2012
Salam hangat dan semangat dari DP Anggi, FAM790M Pekanbaru
:)


0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar