Kamis, 04 Oktober 2012

Jangan Usik Aku


03 Oktober 2012 diterbitkan di koran cyber
Jangan Usik Aku
Sore itu, ia hanya duduk termangu. Menunggu dalam sehari penuh tak masalah baginya. Yang ada di benaknya hanyalah harus mempersembahkan yang terbaik. Walau banyak kekecewaan yang menghampiri, ia tetap yakin jika niat baik selalu berakhir dengan kebaikan. Perasaannya bercampur antara bahagia dan tak percaya diri. Ia juga tak tahu harus bagaimana untuk menyikapi banyak penonton di hadapannya nanti.
Akhirnya, gilirannya untuk tampil sebagai peserta lomba solois dengan nomor urut 48 pun berlangsung. Dengan sepenuh hati ia menyanyikan lagu yang dari awal sudah disukainya. Alunan nada yang rendah berusaha ia nyanyikan, begitupun alunan nada yang tinggi ia gapai semampunya. Usai tampil, ia merasa bahagia. Tak perduli menang atau kalah yang penting baginya kepuasan penonton. Serta merta tepuk tangan yang meriah dihadiahkan penonton untuknya.
Dengan keringat yang bercucuran ia turun panggung dan tersenyum dengan lengkungan indah di bibirnya. Tak lama setelah bernyanyi, pengumuman lomba itu langsung diumumkan oleh juri yang salah satunya adalah orang yang cukup terkenal di belantika musik Indonesia.
Tanpa rasa gerogi yang berlebih, ia mendengar pengumuman dengan tenang. Yang ia inginkan bukan kemenangan. Ia hanya ingin cepat pulang karena merasakan ada yang sakit di tubuhnya. Benar, ternyata ia tak bisa membawa piala kali ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 wib. Langit mulai memerah seperti kemarin ketika senja. Burung-burung layang terbang pulang ke peraduan. Dengan langkah gontai, ia berjalan pulang mengumpulkan puing-puing tenaga yang tersisa karena sudah terlalu lelah. Kala malam tiba ia jatuh sakit. Tubuhnya lemas dan kaku. Tangan dan kakinya sakit bukan kepalang. Ia tak bisa mengapa, hanya berbaring sambil menangis. Saat-saat seperti itu, ia ingin sekali bertemu bunda.
Matanya tidak bisa terlelap. Terlelap pun hanya bisa sesaat. Ia tidak bisa tidur karena ia merasa kalau ia terlalu sakit. Tak ada siapa pun yang berjaga di sisinya. Menjadi anak kost sudah menjadi konsekuensi untuknya. Dalam sakit, ia mencoba menutup mata. Menghitung domba-domba, menghidupkan musik klasik dan memeluk bantal kesayangan pemberian sang bunda. Ia menunggu pagi berharap sakitnya segera mereda.
Rasa lapar mulai mendera, tak ada apapun untuk dimakan. Ia tidak bisa memasak karena tangannya terlalu sakit dan kakinya agak sulit untuk berjalan. Ia merasa berdosa karena tidak menuruti titah sang bunda. Bunda selalu berpesan agar ia tidak banyak mengikuti kegiatan di kampus selain belajar dan belajar. Namun, itu sungguh bertentangan dengan hatinya. Amanah yang ia terima dari beberapa organisasi di kampus telah ia niatkan. Ia tidak mau menjadi orang yang tidak bertanggung jawab.

* * *

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Tangan gadis itu sudah tidak begitu sakit. Ia membiarkan semua yang ada di kamar menjadi berantakan karena belum mampu untuk membereskannya. Berjam-jam berlalu. Akhirnya ketika malam tiba, handphonenya berdering. Sebenarnya ia tidak ingin bunda tahu jika ia sedang sakit. Namun ia bukanlah gadis yang mampu menyembunyikan apapun kepada bunda tercinta.
"Bunda ceramah mulu", ucapnya setelah menutup pembicaraan. Setelah itu, ia beranjak ke laptop kesayangannya untuk membuka facebook. Tiba-tiba cairan merah tersembur dari hembusan nafasnya dan menodai laptopnya yang berwarna putih. Ia tidak begitu terkejut dan tidak pula merasa takut, ia hanya sedikit heran. Karena, dalam satu bulan ini, sudah 4 kali cairan merah itu mengusiknya. Dengan santai ia mengusap cairan merah itu.
"Hanya mimisan, saya sudah terbiasa." Bisiknya dalam hati. Lalu, dengan kepala yang sedikit pusing, ia terlelap dalam mimpi. Berharap, ada mimpi indah yang menghiasi malam pekatnya. Dan, ketika terbangun esok hari semua sakit yang ia rasakan hilang seketika. Juga, tak ada lagi alasan menolak amanah sebagai kader dakwah. Dalam igau ia berkata, ‘Darah, jangan usik aku!’

*) Penulis adalah anggota FAM Indonesia, IDFAM790M Pekanbaru, Riau

0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar