03 Oktober 2012 diterbitkan di koran cyber
Jangan Usik Aku
Sore itu, ia hanya duduk termangu. Menunggu dalam sehari penuh tak
masalah baginya. Yang ada di benaknya hanyalah harus mempersembahkan yang
terbaik. Walau banyak kekecewaan yang menghampiri, ia tetap yakin jika niat
baik selalu berakhir dengan kebaikan. Perasaannya bercampur antara bahagia dan
tak percaya diri. Ia juga tak tahu harus bagaimana untuk menyikapi banyak
penonton di hadapannya nanti.
Akhirnya, gilirannya untuk tampil sebagai peserta lomba solois dengan
nomor urut 48 pun berlangsung. Dengan sepenuh hati ia menyanyikan lagu yang dari
awal sudah disukainya. Alunan nada yang rendah berusaha ia nyanyikan, begitupun
alunan nada yang tinggi ia gapai semampunya. Usai tampil, ia merasa bahagia.
Tak perduli menang atau kalah yang penting baginya kepuasan penonton. Serta
merta tepuk tangan yang meriah dihadiahkan penonton untuknya.
Dengan keringat yang bercucuran ia turun panggung dan tersenyum dengan
lengkungan indah di bibirnya. Tak lama setelah bernyanyi, pengumuman lomba itu
langsung diumumkan oleh juri yang salah satunya adalah orang yang cukup
terkenal di belantika musik Indonesia.
Tanpa rasa gerogi yang berlebih, ia
mendengar pengumuman dengan tenang. Yang ia inginkan bukan kemenangan. Ia hanya
ingin cepat pulang karena merasakan ada yang sakit di tubuhnya. Benar, ternyata
ia tak bisa membawa piala kali ini.
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 wib. Langit mulai memerah seperti
kemarin ketika senja. Burung-burung layang terbang pulang ke peraduan. Dengan
langkah gontai, ia berjalan pulang mengumpulkan puing-puing tenaga yang tersisa
karena sudah terlalu lelah. Kala malam tiba ia jatuh sakit. Tubuhnya lemas dan
kaku. Tangan dan kakinya sakit bukan kepalang. Ia tak bisa mengapa, hanya
berbaring sambil menangis. Saat-saat seperti itu, ia ingin sekali bertemu
bunda.
Matanya tidak bisa terlelap. Terlelap pun hanya bisa sesaat. Ia tidak
bisa tidur karena ia merasa kalau ia terlalu sakit. Tak ada siapa pun yang
berjaga di sisinya. Menjadi anak kost sudah menjadi konsekuensi untuknya. Dalam
sakit, ia mencoba menutup mata. Menghitung domba-domba, menghidupkan musik
klasik dan memeluk bantal kesayangan pemberian sang bunda. Ia menunggu pagi
berharap sakitnya segera mereda.
Rasa lapar mulai mendera, tak ada apapun untuk dimakan. Ia tidak bisa
memasak karena tangannya terlalu sakit dan kakinya agak sulit untuk berjalan.
Ia merasa berdosa karena tidak menuruti titah sang bunda. Bunda selalu berpesan
agar ia tidak banyak mengikuti kegiatan di kampus selain belajar dan belajar.
Namun, itu sungguh bertentangan dengan hatinya. Amanah yang ia terima dari beberapa
organisasi di kampus telah ia niatkan. Ia tidak mau menjadi orang yang tidak
bertanggung jawab.
* * *
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Tangan gadis itu sudah tidak begitu
sakit. Ia membiarkan semua yang ada di kamar menjadi berantakan karena belum
mampu untuk membereskannya. Berjam-jam berlalu. Akhirnya ketika malam tiba,
handphonenya berdering. Sebenarnya ia tidak ingin bunda tahu jika ia sedang
sakit. Namun ia bukanlah gadis yang mampu menyembunyikan apapun kepada bunda
tercinta.
"Bunda ceramah mulu", ucapnya setelah menutup pembicaraan.
Setelah itu, ia beranjak ke laptop kesayangannya untuk membuka facebook.
Tiba-tiba cairan merah tersembur dari hembusan nafasnya dan menodai laptopnya
yang berwarna putih. Ia tidak begitu terkejut dan tidak pula merasa takut, ia
hanya sedikit heran. Karena, dalam satu bulan ini, sudah 4 kali cairan merah
itu mengusiknya. Dengan santai ia mengusap cairan merah itu.
"Hanya mimisan, saya sudah terbiasa." Bisiknya dalam hati.
Lalu, dengan kepala yang sedikit pusing, ia terlelap dalam mimpi. Berharap, ada
mimpi indah yang menghiasi malam pekatnya. Dan, ketika terbangun esok hari
semua sakit yang ia rasakan hilang seketika. Juga, tak ada lagi alasan menolak
amanah sebagai kader dakwah. Dalam igau ia berkata, ‘Darah, jangan usik aku!’
*) Penulis adalah anggota FAM Indonesia, IDFAM790M Pekanbaru, Riau
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar