Cermin Muda telah Hinakan Bumi Tua
Cermin, bicaralah padaku. Aku ingin berbicara empat
mata denganmu. Aku ingin menanyakan beberapa hal karena tak ada lagi tempatku
bertanya. Bertanya pada rumput yang bergoyang hanya membuat aku bersedih karena
dia enggan menjawab jika angin tak bersamanya. Cermin, mengapa kini kau
berubah? Apa yang salah pada dirimu? Kau bukan lagi orang yang aku kenal. Kau
berubah jauh dari apa yang semula kita ikrarkan.
Apa yang membuatmu tak seindah dulu? Apa kau
terlalu banyak mengenal seisi dunia hingga kau terombang ambing dalam
ketidakpastian hingga jati dirimu terkoyak? Kau sudah tidak berkilau seperti
berlian yang disinari terik mentari. Kau sudah tak semerbak mewangi seperti
kebun Bunga Tanjung yang merantai indah dijalin benang.
Ya, aku tahu. Kita memang berbeda. Aku nyata.
Sementara kau hanya Bayangan ku yang semu. Kau kah aku? Aku ini kau? Bukan!
Kita tak sama. Aku sudah tak mengenal kau lagi. Aku heran kepadamu, semakin
tinggi jenjang pendidikanmu semakin 'Alay' tingkah dan lisanmu.
Kau itu cermin muda, yang digunakan generasi setiap
hari. Tapi, kau semakin hari semakin melunjak. Ada yang aneh yang merasuk
kedalam dirimu. Globalisasi kah? Atau Liberalisme tanpa batas? Bukan bertambah
cerdas kau disekolahkan. Bukan bertambah bagus pergaulanmu setelah bertemu
banyak teman. Namun kau berada jauh dari tegak lurus sumbu x dan sumbu y, kau
menyimpang.
Tahukah Kau cermin?! Saat aku berkesempatan bertanya
semua ini padamu, saat aku berkesempatan meluapkan hal yang mungkin sebentar
lagi akan terlupakan, aku merasa puas. Puas sekali. Cermin, berkacalah kau.
Dimana Ide brilianmu? Dimana kreativitasmu? Dimana teladanmu?!
Kini kau begitu angkuh. Dengan banyak fasilitas.
Mobil. Motor. BB. I-pad. I-pod. Handphone. Laptop. Netbook. Dan lainnya, yang
kesemuanya itu kau minta merengek kepada orang tua yang tertatih mencari
nafkah. Kau jauh dari ajaran agama Allah. Kau cermin muda dari daun muda, sudah
berlaku seolah bumi ini tidaklah tua. Sadarlah, bumi ini sudah tua dimakan
masa! Ada masanya, kelak semua makhluk ciptaan-Nya akan mati dan bumi pertiwi
ini akan musnah.
Lihatlah pakaianmu cermin, perawan. Kau memakai
pakaian yang kurang bahan. Aku begitu sempit saat memandangmu. Ketat. Jauh
sekali dari syari'at agama. Berjalan kau seperti kucing yang lapar meminta
makan. Berlenggak lenggok mencari perhatian perjaka. Tahukah? setan telah
bermain disana. Padahal kau, adalah berlian diantara butiran pasir. Tapi kau
membuat dirimu sendiri menjadi Imitasi.
Dan lihatlah pakaianmu, perjaka. Bermain bola seolah
kau lupa gender. Kau lelaki, auratmu tak kau jaga saking nikmat kau
bermain bola. Sembarang membuka baju dan memakai celana di atas lutut yang kau
pikir itu perkasa. Setan pun telah bermain disana. Menonton bola kau seolah
lupa dunia. Tak ingat tidur. Tak ingat makan. Bertaruh atas judi-judi. Tak kau
pedulikan hak atas jasad yang butuh istirahat itu.
Sudahlah, aku bosan meluapkannya, karena pasti kau
akan melupakannya. Aku hanya ingin dunia tua ini tak bertambah tua akibat ulah
generasinya. Aku hanya bait-bait yang terangkum dalam sajak-sajak. Muak melihat
potret dunia yang semakin tua dihiasi oleh generasi muda yang tak mengenal
agama dan budaya. Juga, para tua yang sibuk mencari kuasa. Cermin tua cermin
muda sama saja. Aku muak!
Oleh:
DP Anggi, ID FAM790M, Anggota FAM Indonesia Wilayah
Pekanbaru
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar