Rabu, 01 Agustus 2012

Cermin Muda telah Hinakan Bumi Tua


Cermin Muda telah Hinakan Bumi Tua

Cermin, bicaralah padaku. Aku ingin berbicara empat mata denganmu. Aku ingin menanyakan beberapa hal karena tak ada lagi tempatku bertanya. Bertanya pada rumput yang bergoyang hanya membuat aku bersedih karena dia enggan menjawab jika angin tak bersamanya. Cermin, mengapa kini kau berubah? Apa yang salah pada dirimu? Kau bukan lagi orang yang aku kenal. Kau berubah jauh dari apa yang semula kita ikrarkan.
 Apa yang membuatmu tak seindah dulu? Apa kau terlalu banyak mengenal seisi dunia hingga kau terombang ambing dalam ketidakpastian hingga jati dirimu terkoyak? Kau sudah tidak berkilau seperti berlian yang disinari terik mentari. Kau sudah tak semerbak mewangi seperti kebun Bunga Tanjung yang merantai indah dijalin benang.
Ya, aku tahu. Kita memang berbeda. Aku nyata. Sementara kau hanya Bayangan ku yang semu. Kau kah aku? Aku ini kau? Bukan! Kita tak sama. Aku sudah tak mengenal kau lagi. Aku heran kepadamu, semakin tinggi jenjang pendidikanmu semakin 'Alay' tingkah dan lisanmu.
Kau itu cermin muda, yang digunakan generasi setiap hari. Tapi, kau semakin hari semakin melunjak. Ada yang aneh yang merasuk kedalam dirimu. Globalisasi kah? Atau Liberalisme tanpa batas? Bukan bertambah cerdas kau disekolahkan. Bukan bertambah bagus pergaulanmu setelah bertemu banyak teman. Namun kau berada jauh dari tegak lurus sumbu x dan sumbu y, kau menyimpang.

Tahukah Kau cermin?! Saat aku berkesempatan bertanya semua ini padamu, saat aku berkesempatan meluapkan hal yang mungkin sebentar lagi akan terlupakan, aku merasa puas. Puas sekali. Cermin, berkacalah kau. Dimana Ide brilianmu? Dimana kreativitasmu? Dimana teladanmu?!
Kini kau begitu angkuh. Dengan banyak fasilitas. Mobil. Motor. BB. I-pad. I-pod. Handphone. Laptop. Netbook. Dan lainnya, yang kesemuanya itu kau minta merengek kepada orang tua yang tertatih mencari nafkah. Kau jauh dari ajaran agama Allah. Kau cermin muda dari daun muda, sudah berlaku seolah bumi ini tidaklah tua. Sadarlah, bumi ini sudah tua dimakan masa! Ada masanya, kelak semua makhluk ciptaan-Nya akan mati dan bumi pertiwi ini akan musnah.
Lihatlah pakaianmu cermin, perawan. Kau memakai pakaian yang kurang bahan. Aku begitu sempit saat memandangmu. Ketat. Jauh sekali dari syari'at agama. Berjalan kau seperti kucing yang lapar meminta makan. Berlenggak lenggok mencari perhatian perjaka. Tahukah? setan telah bermain disana. Padahal kau, adalah berlian diantara butiran pasir. Tapi kau membuat dirimu sendiri menjadi Imitasi.
Dan lihatlah pakaianmu, perjaka. Bermain bola seolah kau lupa  gender. Kau lelaki, auratmu tak kau jaga saking nikmat kau bermain bola. Sembarang membuka baju dan memakai celana di atas lutut yang kau pikir itu perkasa. Setan pun telah bermain disana. Menonton bola kau seolah lupa dunia. Tak ingat tidur. Tak ingat makan. Bertaruh atas judi-judi. Tak kau pedulikan hak atas jasad yang butuh istirahat itu.
Sudahlah, aku bosan meluapkannya, karena pasti kau akan melupakannya. Aku hanya ingin dunia tua ini tak bertambah tua akibat ulah generasinya. Aku hanya bait-bait yang terangkum dalam sajak-sajak. Muak melihat potret dunia yang semakin tua dihiasi oleh generasi muda yang tak mengenal agama dan budaya. Juga, para tua yang sibuk mencari kuasa. Cermin tua cermin muda sama saja. Aku muak!
Oleh:
DP Anggi, ID FAM790M, Anggota FAM Indonesia Wilayah Pekanbaru

0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar