@Riau Pos |
Rama-rama
kisah yang tak kuceritakan padamu
adalah perihal luka yang semakin basah dan biru
dan kisah yang kusebutkan padamu
adalah kenangan yang masih genap di kepalaku
barangkali, kita adalah rindu yang tak diselesaikan
dan kita seperti rama-rama yang meneruskan
hidup lantaran
bingung bagaimana bisa kita
lenyap dengan tiba-tiba lantas kita tak berdaya
lalu kesepianku meranggas serupa
daun jati yang menggugurkan diri
dan kesedihanku menguap menjadi air mata
; meninggalkan perih
meski waktu meninggalkan kita begitu cepat
dan lambaian tanganmu terasa begitu menyayat
"kita
adalah apa yang berangkat dan tertinggal di kepala penyair
dan kita adalah
rama-rama yang dirangkai indah menjadi syair-syair"
Greenhill, 09
Oktober 2015
Larut
apakah malam belum larut?
matamu nyalang dan keningmu mengkerut
apakah sebab kau masih percaya bahwa nyanyian jangkrik lebih
mirip malam ketimbang jam dinding yang menuju pagi?
memang, tak pernah ada sepi selain kesepian yang kerap
bertandang
ke jiwa-jiwa kosong dan tenggelam dalam kenang
mesin kendaraan yang lalu-lalang, televisi yang menyala,
pendingin ruangan
hingga nada dering telepon genggam, adalah sesuatu yang mesti
kau abaikan
bumi memang semakin tua sayang, dan
langit berubah warna seperti uban
lahan-lahan terus dikebumikan
jerebu menyeberangi lautan
sejarah terus berulang
jarak pandang hanya sekian dan sekian
matahari seperti jeruk orange yang tak lagi menyilaukan
kain-kain lembab, mata sembab, kita terisak dalam doa yang
panjang
dan apakah malam belum larut?
mataku pun nyalang dan keningku mengkerut
lalu aku ikutan percaya bahwa nyanyian jangkrik lebih
mirip malam ketimbang jam dinding yang terus menuju pagi
Greenhill, 10 oktober 2015
Sajadah Malam
aku ingin
membawa sapu tangan dan mengusap airmata
yang kau
siram di sajadah malammu
aku ingin
berada di sisimu yang gigil lalu
menatahmu
kembali terlelap di sampingku
lalu aku
meninggalkanmu
membiarkan
dirimu
terlelap
sepi sendiri
setelah
memeluk doa tidurmu
di sajadah
yang sama denganmu
dengan
hanya membawa diriku
diam-diam
aku mengadu hingga waktu
merangkak
pelan menjelang subuh
oh, tentu
engkau tak ingin aku
menghapus
air matamu
sebab
sajadah malam
lebih
indah dari mimpi kita semalam
GreenHill,
2015
Puisi
bait-bait
yang kau baca
adalah
rantai yang kusiapkan
untuk
memasung diriku
dalam
kepalamu
setiap
kali jariku bergerak
kuharap
rantai-rantai ini membuatmu sesak
dan saat
rantai ini tak bisa menemukan kunci
aku ingin
kekal dalam ingatanmu lagi
barangkali,
aku hanyalah debu yang selalu
tergelincir
di rambut hitammu
atau
hanyalah tetes keringat yang melulu
jatuh dan
mengalir di wajah cantikmu
takkan
lama setelah itu mungkin aku
hanya akan
menjadi nyanyian tidurmu
yang kau
dengar saat terjaga
dan akan kau
lupa saat menutup mata
begitulah
aku mengubahmu menjadi puisi
yang akan
kubaca sendiri sebelum malam kian kerut dan sepi
sebab aku
tak mampu menjadi bulir rindu
yang
berakhir—cair mengalir di sudut matamu
GreenHill,
2015
Seutas Tali
: Kamil
Dayasawa
aku
menugur malam hanya agar kau buka
seutas
tali yang terikat dalam ribuan kata
yang telah
seharian kuramu agar Adil tak lagi sedih sepeninggal ibunya
dan benci
tak ia letakkan di hati tersebab bapaknya
dengan
senyum yang turut kau tuang bersama bait terakhir
ke dalam
sebuah cangkir
aku terus
menginginkan agar Adil tetap tidur siang bersama
malaikat
berparas ibu yang ia temukan di dalam mimpinya
aku tak
ingin Adil dewasa dan selalu terbangun
memeluk
ibunya dalam pigura atau terbangun
ketika
bapaknya membuka pintu
meninggalkan
kasih sayang di kening putranya yang pilu
ya, tak
semestinya kureguk apa yang menjadi dahagamu
sebab yang
telah kau tuang akan menjadi darah di dagingku
bersama
senyummu yang terus turun ke dalam dada ini
aku
merubah adil menjadi lelaki, penikmat sepi
GreenHill, 2015
Biografi
Penulis:
DP Anggi, lahir di Bangkinang, 17 November
1993. Senang berpuisi, menulis cerpen, design grafis, dan fotografi. Puisi-puisinya
pernah dimuat di Riau Pos, Indo Pos dan Jawa Pos. Buku Puisi tunggalnya;
Raudah-Raudah Sajadah (2013) dan kolaborasi prosa, Hati yang Lillah Mencintai
(2016).
0 komentar:
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39
Posting Komentar