Senin, 10 Oktober 2011

Cerpenku "Cinta Memang Bukan Untukku"

Cinta Memang Bukan Untukku

Mataku terbangun kala surya menusuk tirai kamarku. Aku segera melirik ke arah jam. “Ampun!!!! Aku telat! Sekarang udah jam 9”.
Aku Andra, aku adalah seorang mahasiswa salah satu universitas ternama di Jakarta. Pagi ini aku ada bimbingan skripsi karena memang sebentar lagi aku akan menyelesaikan kuliahku. Aku tinggal disebuah rumah kontrakan yang lumayan jauh dari kampus. Aku bangun dan segera mandi. Buru-buru aku ke kampus hingga akhirnya sampai, ternyata dosen sudah menungguku sejak setengah jam yang lalu.
                “maaf pak, saya telat bangun”, kata ku dengan terburu-buru.
                “tidak apa-apa, saya juga sering begitu”, lanjut dosen yang bernama Tono. Untungnya dosen yang membimbing skripsi ku ini orang nya sangat toleran dan baik hati. Aku memperlihatkan skripsi yang telah ku buat dengan banyak sekali menyita waktuku itu.

------------------------------
                Jam sudah menunjukkan pukul  1, aku mencari-cari teman dekatku  Rina. Tiba-tiba hp ku berdering, ternyata Rina.
                “halo Rina, kamu dimana sih?? Aku cari-cari dari tadi tau”
                “maaf ndra, tadi aku ada urusan penting, kamu dimana?? Masih di kampus? Aku kesana ya??
                “ok the”, lanjutku.
 Rina adalah salah satu cewek paling cantik dikampusku, tapi sayang dia udah punya cowok, 5 menit aku menunggu akhirnya Rina datang, tapi dia dengan seseorang.
                “eh, uda lama ya nunggu nya??”
                “gak juga kok, baru 5 menitan. Oh ya, kamu ama siapa???”
                “oh iya,, nih sepupu aku, kenalin namanya Arga”, lanjut Rina.
                “Andra”
                “Arga”, katanya dengan suara yang menggetarkan hatiku. Arga adalah sosok cowok yang di idam-idamkan cewek. Tubuhnya sixpag, tinggi, putih, ada lesung pipi ketika ia tersenyum. Aku sedikit tertarik, ntah kenapa, sejak aku dikhianati 4 tahun yang lalu, aku jadi tidak begitu sure dengan yang namanya cewek, mereka pun pergi. Tapi aku lupa meminta nomor hp Arga. Aku pun pulang ke rumah.
Dirumah aku masih memikirkan Arga, mencari akal bagaimana mendapatkan nomor hpnya dan bisa dekat dengannya. Aku pun menelfon Rina dan meminta nomor Arga, tanpa curiga Rina memberinya.Aku senang sekali. Tapi aku belum berencana menghubunginya.
Beberapa hari kemudian aku wisuda, aku memang mahasiswa yang pintar di kampus. Karena itu ada yang langsung menawariku pekerjaan bagus sebagai seorang manager sebuah perusahaan di jakarta. Aku menyetujui dan bekerja disana esok hari. Aku pun melalui hari-hari disana. Tapi pikiranku masih tertuju pada Arga. Aku pun berencana menghubunginya malam ini.
Jam pun menunjukkan pukul 08.00, dengan darah berdesir aku mencoba menghubungi Arga.
                “Hallo, siapa ya??”, kata Arga dengan suaranya yang macho.
                “A....Andra”, kataku singkat karena aku sangat gugup
                “oh, Andra?? Ada apa ya??
                “besok kamu ada acara gak???  Besok aku libur kerja, Aku mau ngajak kamu nonton nih, aku gak punya teman nonton”
                “owh,, ok deh.. aku bisa kok, aku juga gak ada acara untuk besok”
                “kalau begitu besok aku jemput kamu ya?”
                “ok”
Aku sangat senang, esok harinya aku menjemput Arga. Kami pun ke bioskop, disana aku banyak bertanya apa hal yang tidak disukai dan disukainya. Ternyata dia paling suka ke mall, bermain di timezone, esok hari ia ulang tahun dan aku berencana mentraktirnya bermain di timezone sepuasnya.
Hari ulang tahunnya pun tiba, aku mengajaknya ke timezone sejak mall buka hingga tutup kembali, ia mengaku sangat senang. Sepulang dari mall aku mencoba mengutarakan apa isi hatiku, sebenarnya aku takut sekali ia menolakku. Aku mengantarnya pulang, sebelum dia turun dari mobil yang ku beli dengan pekerjaanku yang baru beberapa bulan itu aku memegang tangannya.
                “Arga, Andra mau bicara sesuatu”, kataku dengan tatapan serius, jujur. Dalam pikiranku saat itu dia pasti menolakku.
                “kamu mau bicara apa ndra??”, lanjutnya.
                “A..aku.. aku mau bilang kalau aku sayang kamu, kamu mau gak jadi pacar Andra???”, dia terdiam, dalam hatiku terjadi perang, aku tak sanggup bila ia menolakku, lalu ia berkata
                “Arga juga sayang kok ama Andra, Arga mau jadi pacar Andra”
Aku pun tersenyum bahagia dan mencium tangannya,
                “terimakasih sayang, Andra pikir Arga akan menolak Andra”
Dia hanya tersenyum dan masuk ke rumahnya. Malam itu adalah malam yang paling indah yang pernah kurasakan.
---------------------
Pagi-pagi telfon ku berbunyi, aku terbangun. Ternyata itu Arga.
                “halo sayang, kamu uda bangun??”, tanyanya
                “mmmhh..aku baru bangun..”, kataku dengan manja
                “mandi sana, liat jam berapa, ntar kamu telat kerja gimana..”
                “ia, makasih ya udah bangunin Andra??, Andra mandi dulu sayang, ntar Andra hubungin lagi ya?” kataku.
                “ok deh” katanya sambil menutup telfon.
Hari-haripun kami lalui, tak terasa sudah setahun kami berpacaran.  Tidak ada yang tahu dengan hubungan kami. Setahun berlalu dengan banyak pertengkaran karena maklum kami masih saling mengenal kepribadian. Memasuki tahun kedua, sudah jarang sekali kami bertengkar, kami dapat memahami satu sama lain dan itu membuat ku semakin sayang padanya. Aku memikirkan sesuatu, minggu depan aku berangkat ke Newyork sebagai utusan dari perusahaan tempatku bekerja. Aku sedih harus meninggalkannya walaupun itu hanya 1 minggu.
Sorepun tiba dan aku mengatakan aku akan pergi ke newyork, dengan bijak ia membolehkanku pergi. Besok jadwal penerbangan ku, ia berkata akan mengantarku ke bandara. Tapi malamnya aku menerima telfon darinya .
                “halo sayang, maafkan Arga. Perut Arga sakit, sepertinya Arga tidak bisa mengantarkan Andra ke bandara, gak marahkan sayang?”
                “kamu sakit?? Aku ke rumah ya??
                “ia”, dia menutup telfon, aku bergegas kerumahnya malam itu. Sampai dirumahnya aku langsung menuju kamar, ku lihat dia begitu pucat dan sakit, perasaanku mulai tidak enak.
                “sayang, kamu kenapa?? Air mataku membasahi pipi. Dan dia mengusapnya.
                “tidak apa-apa kok sayang, aku Cuma sakit perut biasa, kamu jangan sedih gitu ya?”
                “kita ke dokter ya sayang?” kataku dengan lembut
                “tidak usah, mungkin besok aku sembuh” lanjutnya sambil membelai rambutku
                “Andra bisa batalkan penerbangan kok, Andra mau ngerawat Arga sampai sembuh”
                “tidak usah, pekerjaanmu penting sayang, aku mohon pergilah demi aku”
                “baiklah, tapi Andra  akan temani Arga malam ini hingga Arga benar-benar tertidur”
                “ia, terimakasih sayang”.
Aku menemaninya hingga ia tertidur, ada perasaan tidak enak di hatiku, tidak seperti biasanya. Dia pun tertidur dan sebelum aku pulang aku mengecup keningnya dan berkata “Andra sayang Arga, sayang sekali”.
Esoknya aku berangkat dan sebelum aku pergi aku menelfonnya.
                “halo sayang, aku pergi ya?? Aku sebentar kok, Cuma 1 minggu”
                “ia sayang, Arga cinta kamu, cepat pulang ya?? Arga menunggumu”
                “ia sayang, Andra juga cinta Arga”, aku pun pergi.
Sampai di Newyork, aku masih memikirkan Arga dan perasaanku yang tak karuan. Seminggu berlalu. Dengan tak sabar aku ke bandara dan ingin pulang secepatnya ke Indonesia. Sampai di bandara indonesia aku menelfon Arga.
                “halo, Arga” kataku dengan senang sekali
                “halo,” tapi ku dengar suara seorang wanita dengan isak tangis. Aku pkir itu Lia adiknya Arga
Tanpa aku berbicara lagi aku langsung menuju ke rumah Arga, dengan perasaan hancur aku melihat ada bendera kuning di depan rumahnya. Aku bertanya kepada adiknya.
                “dek, Arga mana?”
                “kak Arga,, kak Arga sudah tenang sekarang”
                “tapi dia dimana? Apa yang terjadi padanya!”, aku mengeluarkan air mata. Tapi Lia tidak berkata apa-apa dan membawa ku pada sebuah pemakaman yang masih basah tanahnya.
                “ini makam siapa dek! Jawab!!!”
                “Kak Arga kak, dia udah ninggalin kita,” Lia pun  berlari meninggalkan ku dengan isak tangisnya.
Disana aku sendiri, “Arga! Kenapa kamu tinggalin aku! Aku cinta sama kamu!! Aku sayang sama kamu!!! Aku gak bisa hidup tanpa kamu!!!!”
Aku menangis di nisannya. Aku tak menyangka secepat itu dia pergi tanpa berkata apapun kepadaku.
END      

2 komentar:

  1. wahhh criitanhyyaa sedih amattt
    dapat dri mana itu dek ?

    BalasHapus
  2. itu dek bikin sendiri kak, kemarin dek kirim ke riau pos, tapi ntah diterbitkan ntah ga, dek ga tau :15

    BalasHapus